Sejarah Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 10 Oktober

Beginilah Sejarah Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 10 Oktober Yang Penting Untuk Diketahui!

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia atau orang menyebutnya juga dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia jatuh pada tanggal 10 Oktober setiap tahunnya.

Hari penting tersebut tahun ini tentu diperingati saat kehidupan sehari-hari kita telah banyak berubah akibat adanya pandemi COVID-19.

Lalu, bagaimana sebenarnya sejarah di balik 10 Oktober, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia? Simak berikut sekilas tentang penjelasannya!

Sekilas Tentang Sejarah Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 10 Oktober

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia diperingati pertama kali pada tanggal 10 Oktober 1992.

Sejak pertama kali perayaan hari peringatan tersebut, peringatan ini langsung menjadi agenda tahunan World Federation For Mental Health (WFMH).

Peringatan pertama ini diinisiasi oleh wakil sekretaris jenderal WFMH, Richard Hunter.

Saat pertama kali diperingati, tidak ada tema khusus dalam hari peringatan tersebut, karena tujuan awalnya yaitu untuk mengkampanyekan advokasi kesehatan jiwa serta mendidik masyarakat umum tentang isu yang relevan tentang kesehatan mental dan jiwa.

Namun, tiga tahun setelah perayaan pertama tersebut perayaannya semakin berkembang dengan berbagai kegiatan.

Salah satu kegiatannya yaitu menghadiri siaran televisi selama 2 jam yang dilakukan secara global melalui satelit informasi Amerika Serikat dari studio-studio di Tallahassee, Florida.

Lihat juga: Sejarah Hari Anti Hukuman Mati Sedunia 10 Oktober

Dalam siaran yang dilaksanakan tersebut, anggota dewan WFMH berpartisipasi langsung di studio.

Sementara partisipan dari negara lain seperti Inggris, Australia, Zambia dan Chili yang dilakukan melalui sambungan telepon dan beberapa negara lainnya, melalui rekaman yang telah diambil sebelumnya.

Pada siaran pertama tersebut, secara mengejutkan ada panggilan telepon yang tidak terduga dari Swaziland yang merupakan salah satu negara kecil di bagian selatan Afrika.

Di negara tersebut beberapa anggota WFMH berkumpul untuk menyaksikan acara tersebut.

Atas hal ini tentu menyadarkan bahwa siaran pertama yang dilakukan telah menjangkau hingga jarak yang sangat jauh.

Tema Pertama Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Setelah berjalan kurang lebih 3 tahun atau 3 kali perayaan tanpa tema, akhirnya pada tahun 1994 atas saran dari berbagai pihak, dibuatlah sebuah tema khusus yang mengiringi hari peringatan tersebut.

Tema pertama yang diambil pada saat itu yaitu “Meningkatkan Kualitas Layanan Kesehatan Mental di Seluruh Dunia”.

Pada saat itu terdapat sekitar 27 negara yang memberikan respons positif atau kampanye tersebut.

Di tiga tahun pertamanya, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia menjadi salah satu momentum bagi pemerintah, organisasi bahkan individu yang mempunyai kepedulian terhadap kesehatan mental.

Hari peringatan Kesehatan Mental Sedunia tidak hanya diperingati satu hari saja. Biasanya berbagai kegiatan digelar sebagai salah satu upaya mengedukasi masyarakat dunia untuk jangka yang panjang.

Bahkan di beberapa negara, hari peringatan tersebut berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan ada sepanjang bulan.

Seiring berjalannya waktu, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia semakin berkembang.

Melalui peringatan ini federasi membuka jalan untuk mengkampanyekan terkait kesehatan jiwa serta menciptakan kesadaran masyarakat tentang isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan mental.

Pada tahun 2019, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia diperingati dengan mengusung tema “49 Second of Action”.

WHO mengajak seluruh masyarakat dunia untuk berkontribusi dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa dan mental.

Setiap orang bisa berperan serta berkontribusi untuk mencegah terjadinya kasus bunuh diri. Berdasarkan data dari WHO, bunuh diri terjadi setiap 40 detik sekali di seluruh dunia.

Dengan adanya peringatan tersebut tentu dapat mengingatkan kita bahwa mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri bisa terjadi pada siapapun tanpa mengenal latar belakang serta kelompok usia.

Sementara pada tahun 2020, hari peringatan ini berhubungan dengan pandemi COVID-19 yang tidak kunjung usai.

Mungkin jika Pandemi masih tidak kunjung mereda, perayaan tahun ini juga tidak akan jauh berbeda.