Sejarah Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi 27 September


Sejarah Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi 27 September

Inilah Sejarah Singkat 27 September, Hari Bakti Pos Dan Telekomunikasi

Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi 27 September – Adakah diantara kalian yang masih sering berkirim surat?

Mungkin di jaman sekarang sudah jarang sekali ditemukan orang berkirim surat, karena dengan adanya media komunikasi yang semakin canggih untuk berkomunikasi.

Jika menengok lagi pada masa lalu, surat merupakan satu-satunya cara untuk berkomunikasi.

Pengirimannya juga sangat mudah dimana nada hanya perlu menempel perangko dan memasukkan pada kotak surat atau datang sendiri ke Kantor Pos.

Mengingat sejarahnya yang sangat penting, tidak heran jika terdapat hari-hari penting yang berkaitan dengan POS.

Salah satunya pada tanggal 27 September yang selalu diperingati sebagai Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi.

Sejarah 27 September, Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi: Detik-Detik Pengambil Alihan Jawatan PTT Secara Hirois Oleh Putra Putri Bangsa

Tanggal 27 September setiap tahunnya memang selalu diperingati sebagai Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi, atau Bakti Postel oleh seluruh pegawai di jajaran pos dan telekomukasi.

Hal tersebut bertolak dari diambil alihnya Jawatan PTT dari kekuasaan Pemerintahan Jepang, oleh Putra Putri Indonesia yang tergabung dalam Angkatan Muda Pos Telegraf dan Telepon (AMPTT) pada tanggal 27 September 1945.

Sejarah tersebut dimulai dari suatu pergerakan yang digerakan oleh Soetoko. Pada saat itu AMPTT belum memiliki pengurus yang pada tanggal 3 September 1945 mengadakan sebuah pertemuan.

Para pemuda AMPTY yang hadir pada pertemuan tersebut yaitu Soetoko, Nawawi Alif, Slamet Soemari, Agoes Salman, Joesoef dan pemuda lainnya.


Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk merealisasikan pemindahan kekuasaan. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati bahwa Kantor Pusat PTT harus sudah dikuasai oleh Indonesia paling lambat akhir September 1945.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sudah berlangsung selama 1 bulan. Para pemuda Indonesia berusaha mendekati Jepang agar menyerahkan kekuasaan di Kantor PTT.

Meskipun Pasukan Jepang telah menginstruksikan penyerahan Kantor Pusat PTT harus dilakukan oleh sekutu. Sehingga rencana untuk merebut Kantor Pusat PTT benar-benar harus dimatangkan serta dirahasiakan.

Pada tanggal 23 September 1945, Soetoko mulai berunding dengan Ismojo serta Slamet Soemari yang menghasilkan sebuah keputusan.

Yaitu meminta kesediaan segera dari Mas Soeharto serta R. Dijar untuk menuntut Jepang agar menyerahkan kekuasaan PTT secara damai.

Namun jika Jepang tidak menyerahkannya maka akan ditempuh jalur kekerasan dengan kekuatan yang ada serta bantuan rakyat.

Setelah kekuasaan tersebut berhasil direbut, para pemuda berencana untuk mengangkat Mas Soeharti menjadi kepala dan R. Dijar sebagai wakilnya.

Pada tanggal 24 September atau keesokan harinya, Soetoko kembali meminta Mas Soeharto dan R. Dijar agar di hari itu juga tanpa menunggu instruksi dari Jakarta harus segera menemui pimpinan PTT yaitu Tuan Osada untuk berunding.

Mas Soeharti dan R. Dijar diperintahkan untuk berunding dan mendesak agar di hari itu juga Jepang menyerahkan pimpinan Jawatan PTT secara terhormat kepada Bangsa Indonesia.

Namun sayang, perundingan yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut bisa dikatakan gagal.

Dari hasil perundingan tersebut mereka hanya diperkenankan untuk mengibarkan benderaa merah putih di halaman belakang gedung di Jalan Cilaki.

AMPTT segera menaikkan Sang Saka Merah Putih secara Khidmad pada sebuah tiang khusus, tepat di tugu PTT sekarang.

Pada tanggal 26 September 1945, Soetoko memanggil Soewarno yang pada saat itu menjadi Komandan Cusin Tai dan Nawawi Alif untuk diberikan tugas memimpin pekerjaan meruntuhkan tanggul dan mengelilingi kantor.

Untuk menciptakan koordinasi AMPTT dalam merebutkan kekuasaan Jawatan PTT dari tangan kekuasaan Jepang, maka ditetapkanlah Soetoko sebagai ketua yang dibantu oleh 3 wakil ketua yaitu Nawawi Alif, Abdoel Jabar, dan Hasan Zein.

26 September 1945 sore hari, Soetoko kembali menemui Mas Soeharto untuk memberitahukan rencana perjuangan AMPTT yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 27 September.

Mas Soeharto menerima serta menyetujui rencana tersebut.

Malam Perebutan Kekuasaan

Pada malam hari, anggota AMPTT disebar untuk mencari serta mengumpulkan senjata tajam, kendaraan bermotor, senjata api serta kebutuhan lainnya.

Siasat serta taktik pun mulai disusun. Para penduduk tua, muda serta semua organisasi perjuangan yang bertempat di sekitar Kantor Pusat PTT dihubungi serta menyatakan kesediaan untuk memberikan bantuan kepada AMPTT.

Setelah 3 hari berturut-turut dilakukan perundingan dengan pihak Jepang, dan hasilnya terus saja gagal.
Tibalah hari yang sangat bersejarah yaitu pada tanggal 27 September 1945. Sekali lagi Mas Soeharto dan R. Dijar mengadakan sebuah perundingan kembali dengan pimpinan Jepang di Kantor Pusat PTT.

Hanya saja hasilnya tetap sama yaitu gagal. Namun keputusan AMPTT telah bulat dimana pada tanggal 27 September 1945, kekuasaan atas Jawatan PTT harus direbut dengan kekerasan dari tangan Jepang.

Pada saat itu AMPTT mulai mempersiapkan senjata. Rakyat sudah dikerahkan dan berkumpul di halaman selatan.

Soewarno serta pasukannya mulai memasuki ruangan kantor yang dikuasai oleh Jepang yang sudah tidak berbuat apa-apa untuk menghalangi tekada AMPTT.

Dengan secara sukarela Jepang menyerahkan kekuasaanya.

Setelah itu, Soetoko membawa Mas Soeharto dan R. Dijar kedepan masa. Di depan ratusan massa, kurang lebih sekitar pukul 11.00, Soetoko membacakan teks yang isinya sebagai berikut:

“Yang berkumpul di halaman PTT jam 11.00 pada tanggal 27 September 1945 Kami mengangkat Bapak Mas Soeharto dan Bapak R. Dijar masing-masing menjadi Kepala dan Wakil Kepala Jawatan PTT seluruh Indonesia”
Atas Nama AMPTT
Tertanda : SOETOKO

Pada saat itu dalam Kantor Jawatan PTT muncullah beberapa pemuda di bawah pimpinan Soewondo.

Para pemuda tersebut menurunkan bendera Jepang, dan sebagai gantinya mereka mulai mengibarkan Bendera Merah Putih pada tiang listrik.

Para pasukan peruntuh tanggul mulai melanjutkan lagi pekerjaannya. Gedung Kantor Pusat PTT siang malam telah dijaga oleh para pemuda.

Mulai keesokan harinya, bekas pimpinan PTT Jepang tidak diperkenankan lagi untuk masuk kantor.

Mereka diperintahkan untuk tinggal di rumah mereka yang telah dilabeli tulisan “Milik Republik Indonesia”.

Peristiwa pengambil alihan Jawatan PTT dari tangan Jepang oleh Angkatan Muda PTT pada tanggal 27 September 1945 diperingati sebagai Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi.


Mudah-mudahan informasi diatas dapat menambah wawasan serta menjadi referensi untuk kita semua. Semoga bermanfaat!

Pencarian yang paling banyak dicari

  • hari pos nasional 2021
  • sejarah hari pos indonesia dan telekomunikasi
  • tema perayaan hari bakti pos
  • caption hari pos sedunia
  • selamat hari pos sedunia

Artikel Terkait:

aplikasi crypto terbaik
ruang iklan enkosa

Tinggalkan komentar