Mengenal pranata mangsa hitungan kalender untuk panduan bercocok tanam.

logo enkosa amp

Pranata Mangsa

Pranata Mangsa adalah sebuah tradisi atau sistem kalender dalam kebudayaan Hindu yang merupakan upacara tahunan bagi masyarakat Hindu Bali.

Pranata Mangsa berfungsi untuk menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan keagamaan, pertanian dan kegiatan sosial lainnya.

Sejarah Pranata Mangsa berawal dari kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para pendeta Hindu ke Indonesia pada abad ke-4 Masehi.

Kedatangan dan penyebaran agama Hindu di Indonesia membawa banyak perubahan budaya, termasuk sistem kalender yang dikenal sebagai Pranata Mangsa.

Pranata Mangsa membagi tahun menjadi 12 bulan (sasih) dan 1 tahun dalam Pranata Mangsa disebut sebagai Samvatsara.

Setiap bulan dalam Pranata Mangsa memiliki nama dan kaitannya dengan kegiatan pertanian. Bulan-bulan tersebut yaitu:

1. Marga sari (Desember-Januari)
2. Pauwus (Januari-Februari)
3. Madha (Februari-Maret)
4. Banjar (Maret-April)
5. Kajeng (April-Mei)
6. Kesanga (Mei-Juni)
7. Sada (Juni-Juli)
8. Sambang (Juli-Agustus)
9. Wulu (Agustus-September)
10. Kuntir (September-Oktober)
11. Karo (Oktober-November)
12. Tolu (November-Desember)

Pranata Mangsa juga memiliki kalender perhitungan waktu yang berbeda dari sistem kalender Internasional yang biasa digunakan saat ini.

Waktu hitungan Pranata Mangsa dimulai dari saat matahari terbit hingga saat matahari terbenam.

Upacara keagamaan menjadi salah satu kegiatan penting dalam Pranata Mangsa, seperti upacara Galungan dan Kuningan yang diselenggarakan setiap enam bulan sekali.

Selain upacara keagamaan, kegiatan pertanian juga menjadi fokus penting dalam Pranata Mangsa karena setiap kegiatan pertanian harus dilakukan dengan waktu yang tepat sesuai dengan Pranata Mangsa.

Budaya Pranata Mangsa masih terus dilestarikan hingga saat ini oleh masyarakat Hindu Bali.

Pranata Mangsa menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali karena membentuk identitas budaya mereka yang kaya dan unik.

Pranata Mangsa juga dianggap sebagai salah satu penjaga kelestarian lingkungan dan keharmonisan antara manusia dengan alam.