Cara menghitung jodoh berdasarkan kalender Jawa lengkap dengan weton dan pasaran.

logo enkosa amp

Menghitung Jodoh Kalender Jawa

Menghitung jodoh dengan kalender Jawa adalah suatu tradisi turun temurun di Indonesia yang digunakan untuk menentukan kesesuaian pasangan.

Berikut adalah sejarah singkat tentang menghitung jodoh dengan kalender Jawa:

Pada masa Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-8, bercinta dalam masyarakat Jawa sangat dilarang keras. Namun, pasangan yang jodohnya cocok dan sesuai dianjurkan untuk menikah. Oleh karena itu, dibuatlah kalender Jawa yang berfungsi untuk membantu menentukan kesesuaian pasangan.

Konsep kalender Jawa merujuk pada sistem penanggalan yang digunakan oleh masyarakat Jawa untuk menentukan hari yang baik dan buruk dalam hal pernikahan, kelahiran, dan acara keagamaan lainnya. Sistem ini berasal dari pengaruh Hindu-Buddha, yang masuk ke Indonesia pada abad ke-1.

Dalam menghitung jodoh dengan kalender Jawa, pertama-tama, dibutuhkan tanggal lahir pasangan yang ingin dipasangkan.

Kemudian, tanggal lahir pasangan tersebut dipadukan dengan kalender Jawa yang disebut “Pasek”, yang terdiri dari 35 hari dan dipercayai memiliki energi yang berbeda-beda.

Dari perpaduan tanggal lahir dan kalender Jawa tersebut, dihitunglah pasangan yang cocok dan sesuai dengan prinsip-prinsip astrologi Jawa yang memperhitungkan posisi planet dan bintang pada saat kelahiran seseorang.

Meskipun tidak ada dasar ilmiah yang membuktikan bahwa menghitung jodoh dengan kalender Jawa bisa memberikan kecocokan yang sempurna, namun tradisi ini tetap menjadi ritual yang populer di kalangan masyarakat Indonesia.

Dalam kesimpulannya, menghitung jodoh dengan kalender Jawa adalah sebuah tradisi turun temurun yang populer di Indonesia. Konsep kalender Jawa berasal dari pengaruh Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia pada abad ke-1.

Dalam menghitung jodoh dengan kalender Jawa, pasangan harus menghitung paduan tanggal lahir dengan kalender Jawa untuk menentukan kesesuaian pasangan.

Meskipun tidak ada dasar ilmiah yang membuktikan keakuratan tradisi ini, namun masih menjadi ritual yang populer di kalangan masyarakat Indonesia.