Mengenal pawukon sebagai panduan mencari hari baik dan nasib sial.

Mengenal Pawukon

Pawukon adalah cara penghitungan kalender tradisional yang digunakan di Bali, Indonesia.

Berikut adalah sejarah singkat tentang mengenal Pawukon:

Pawukon pertama kali digunakan oleh masyarakat Bali pada zaman kerajaan, sekitar abad ke-10.

Awalnya, Pawukon digunakan hanya oleh raja dan para pemuka agama untuk menentukan hari-hari yang baik untuk melakukan upacara atau acara penting lainnya.

Namun, seiring perkembangan zaman, masyarakat Bali mulai menggunakan Pawukon sebagai alat untuk menentukan hari kerja, melakukan pernikahan, dan kegiatan lainnya.

Pawukon didasarkan pada siklus 210 hari yang terdiri dari 30 siklus yang disebut “wuku”.

Setiap wuku memiliki nama dan arti yang berbeda, dan masyarakat Bali menganggap setiap wuku memiliki kekuatan yang berbeda pula.

Dari 30 wuku, 15 wuku disebut “wuku sungsang” dan 15 wuku lainnya disebut “wuku mider”.

Wuku sungsang dan wuku mider disusun dalam urutan tertentu, sehingga setiap hari dapat diidentifikasi dengan mudah.

Setiap hari memiliki nama dan arti yang berbeda pula, dan masyarakat Bali menganggap bahwa setiap hari memiliki kekuatan yang berbeda-beda pula.

Oleh karena itu, dalam penggunaan Pawukon, masyarakat Bali meyakini ada hari-hari yang cocok dan tidak cocok untuk melakukan suatu kegiatan.

Pawukon juga digunakan sebagai alat untuk menentukan hari-hari libur dan hari-hari penting seperti hari raya Galungan dan Kuningan.

Selain itu, Pawukon juga digunakan untuk menentukan jadwal upacara-upacara adat atau kegiatan lainnya.

Meskipun sekarang ini sudah ada kalender modern yang digunakan oleh masyarakat Bali, namun Pawukon tetap menjadi alat penting untuk menentukan hari-hari penting dan menjaga hubungan dengan tradisi dan budaya Bali.

Pawukon juga menjadi bagian penting dari seni dan budaya Bali, dan dianggap sebagai warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Dalam kesimpulannya, Pawukon adalah cara penghitungan kalender tradisional yang digunakan di Bali, Indonesia.

Pawukon didasarkan pada siklus 210 hari yang terdiri dari 30 wuku, dan masyarakat Bali menganggap setiap wuku dan hari memiliki kekuatan yang berbeda.

Pawukon digunakan untuk menentukan hari-hari penting dan menjaga hubungan dengan tradisi dan budaya Bali.

Pawukon dianggap sebagai warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.